Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Antara kalkulator dan impian

Mungkin, ini juga terjadi pada pasangan-pasangan suami isteri yang lain. Bisa jadi porsinya berat, bisa juga sepele untuk sebagian orang. Perbedaan prinsip ekonomi :) Saya dan suami juga begitu. Tidak ada yang salah, mungkin. Tapi bisa jadi masalah kalau gak dibicarakan dengan kepala dingin. Suami saya itu pemakai "kalkulator", hitungannya benar realistis, dengan gaji sekian maka sekian juga pengeluaran. Gak mau berharap pada rejeki yang belum ada di tangan. Artinya 1+1=2, ya sudah. Sementara saya, sang pemimpi :P Saya sangat sangat percaya pada keajaiban. yang (pastinya) kita sandarkan pada Allah, entah rejeki yang sudah ada atau bahkan yang belum ada bayangannya sekalipun. Saya kadang "membabi-buta" menancapkan tiang-tiang mimpi dan mengibarkan bendera keyakinan di atasnya. Harapan membuat hidup menjadi lebih hidup. Begitu saya pikir. Ketimbang memikirkan besok bagaimana, saya cenderung berpikir bagaimana besok aja, Allah sudah mengatur rejeki kita. Mungki